DEMOKRASI DI ERA DIGITAL
A. Konsep Demokrasi Digital
Perkembangan demokrasi tidak lagi semata-mata
dipengaruhi oleh jaringan sosial yang bersifat konvensional. Jaringan
konvensional dimaksud adalah melalui pertemuan-pertemuan tatap muka. Atau
perkumpulan-perkumpulan organisasional --- melalui dunia nyata.
Sebagai akibat dari kemajuan perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi, demokrasi bergerak dengan melibatkan bentuk
jaringan sosial melalui perubahan-perubahan yang bersifat online. Atau melalui
media internet yang kemudian disebut dengan jejaring sosial.
Pada waktu pemilihan Presiden beberapa waktu
yang lalu, siapa saja yang melek internet menyaksikan betapa gegap gempitanya
media-media online saling memberikan dukungan atau penolakan terhadap
masing-masing calon.
Selain media online, ada juga situs jejaring
sosial (social network sites), seperti "facebook",
"twitter", "blog" dll, yang secara tidak langsung
ternyata juga mampu memengaruhi proses demokratisasi politik. Tidak saja di
Indonesia tapi juga diberbagai belahan dunia.
Tak dapat dipungkiri, bahwa kepopuleran situs
jejaring sosial atau social networking di era globalisasi saat ini telah
menjadi sebuah fenomena tersendiri. Situs jejaring sosial pun semakin populer
dan akrab dalam pergaulan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka
mendorong ke arah demokratisasi politik para politisi sudah seharusnya
bisa memanfaatkan media jaringan sosial di internet guna menyampaikan gagasan,
tindakan, serta melakukan aktivitas politik lain untuk pembinaan konstituen dan
masyarakat luas.
Di Indonesia kita juga pernah mencatat betapa
significantnya pengaruh jejaring social dalam menggerakan aspirasi masyarakat
mendukung kasus agar tidak terjadi proses kriminalisasi Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Bibit-Chandra. Kasus Bank Century, dan yang paling mencengangkan
kekuatan jaringan sosial terbukti ampuh dalam menggerakkan massa untuk
mengumpulkan koin untuk membantu Prita Mulyasari melawan RS Omni International
Alam Sutera pada Desember 2009. “Gerakan Koin Untuk Keadilan” ini mampu meraup
koin senilai lebih dari Rp 655 juta! Sebuah gerakan yang dirancang oleh
sekelompok orang dengan tujuan jelas: membantu Prita melawan ketidakadilan,
dengan mengusung isu rasa solidaritas masyarakat melalui berbagai situs
jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Blog.
Dahsyatnya situs jejaring sosial khususnya
Facebook dan Twitter ditengarai memiliki peran penting dalam gerakan
revolusioner di Mesir dan Tunisia yang sukses beberapa waktu yang lalu. Kedua
situs jejaring sosial terpopuler ini berperan dalam menyebarkan informasi dan
membantu para organisator merencanakan aksi protes mereka. Dipelopori para
aktivis kaum muda, berpendidikan, dan melek internet (serta menganggur), mereka
menggunakan teknologi sosial untuk membantu memobilisasi massa dalam
menggulingkan rezim-rezim lama dan tidak lagi cocok untuk membangun
pemerintahan demokrasi baru.
Terpilihnya Presiden Amerika Serikat pada
tahun 2008 juga salah satu tonggak penting dalam sejarah keampuhan situs
jejaring sosial dalam mempengaruhi prilaku pemlih. Dengan membangun jejaring
sosial My.Barack Obama.com kampanye politik Obama khusus memanfaatkan kekuatan
jejaring sosial online dan media sosial (orang ke orang). Strategi Obama
menggunakan Web membuat dia dibanding-bandingkan dengan John F Kennedy
menggunakan televisi untuk memenangi pemilihan Presiden AS pada tahun 1960.
Mereka mampu merubah wajah politik untuk selamanya melalui penggunaan teknologi
baru. Situs jejaring sosial My.BarckObama.com, rekor jumlah akunya mencapai 1,5
juta. Para penggunanya dapat membahas kandidat, menyumbangkan uang, dan yang
terpenting mengorganisasi kegiatan social di dunia nyata. Para pendukung online
membentuk 35.000 grup berdasarkan kedekatan geografis, afiliasi dengan issu
tertentu, kesamaan minat dan budaya. Dan pada minggu terakhir kampanye yang
kritis, kampanye Obama mengorganisasi seribu lebih acara penggalangan suara
lewat telepon.Memobilisasi teman dan anggota keluarga dengan menanda tangani
petisi online dan mengirimkan komentar politik lewat SMS, e-mail atau jejaring
sosial lainnya.
Dikalangan para ahli komunikasi politik
penyampaian pesan-pesan politik yang berlangsung melalui media online atau
jejaring sosial di internet dinilai sebagai cara yang cepat, dan memiliki
jangkauan yang luas, dapat kontinu, bersifat dua arah (terjadi umpan balik
dengan cepat) efisien dan efektif. Dengan demikian model ini juga dapat
membangun kohesivitas sosial atau daya ikat sosial yang solid dikalangan
konstituen.
Tak heran bila keberadaan media sosial telah
meningkatkan partisipasi politik masyarakat, terutama kaum muda. Laporan Pew
Internet Project menemukan bahwa jaringan sosial dapat mendorong anak-anak muda
untuk terlibat dalam politik. Keterlibatan politik secara online seperti
menghubungi para pejabat, menandatangani petisi dan menghimpun donasi meningkat
di kalangan orang-orang Amerika Serikat yang lebih kaya dan berpendidikan lebih
baik. Meski keterlibatan masyarakat masih berada di kalangan menengah, Internet
berkontribusi nyata untuk mendemokratisasikan keterlibatan politik.
Dunia politik, dunia bisnis, dunia
pendidikan dll. tidak dapat lepas dari pemanfatan media. Termasuk pemanfaatan
internet yang berkonvergensi dengan media lama (surat kabar, majalah, TV,
radio) dan media jejaring sosial (facebook, twitter, blog, dan lain-lain) yang
memiliki dampak yang besar terhadap dinamika dan perkembangan semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keberadaan situs jejaring
sosial tak terpisahkan dari aktifitas kehidupan manusia sehari-hari, bagaimana
tidak, dimana saja kapan saja ratusan juta orang memanfaatkan situs jejaring
sosial untuk keperluan masing-masing. Dari mulai anak-anak, remaja sampai
kalangan dewasa dengan latar belakang berbeda-beda memanfaatkan layanan yang
tersedia dalam sebuah situs jejaring sosial. Jalinan komunikasi dapat
dilakukan dengan berbagai opsi komunikasi yang ditawarkan, dengan bantuan
berbagai fitur situs jejaring sosial yang memanjakan pengguna. Adanya jalinan
hubungan antar pengguna ini memudahkan dalam akses pertukaran informasi.
Era Konvergensi Media Teknologi informasi
mutakhir telah berhasil menggabungkan sifat-sifat teknologi telekomunikasi
konvensional yang bersifat massif dengan teknologi komputer yang bersifat
interaktif. Fenomena ini lazim disebut sebagai konvergensi, yakni bergabungnya
media telekomunikasi tradisional dengan internet sekaligus. Konvergensi
menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan
pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio, data dan sebagainya.
Kunci dari konvergensi adalah digitalisasi, karena seluruh bentuk informasi
maupun data diubah dari format analog ke format digital sehingga dikirim ke
dalam satuan bit (binary digit). Karena informasi yang dikirim merupakan format
digital, konvergensi mengarah pada penciptaan produk-produk yang aplikatif yang
mampu melakukan fungsi audiovisual sekaligus fungsi komputasi (propses
pengolahan data dan penghitungan).
Kita memang hidup dalam perkembangan
teknologi komunikasi informasi yang bergerak cepat. Jejaring social bergerak
cepat dan besar selagi kita menggunakan SMS, Twitter, Facebook, Myspace dll.
untuk membangun hubungan dengan semua orang yang kita kenal dan bahkan yang
tidak kita kenal.Hal ini seharusnya membuat kita sadar akan pentingnya
keterhubungan melalui pemanfaatan media jejaring sosial.
Namun suatu hal yang harus di pahami, sifat
alamiah perkembangan teknologi selalu saja mempunyai dua sisi, positif dan
negatif. Di samping optimalisasi sisi positif, antisipasi terhadap sisi negatif
nampaknya perlu juga diperhatikan sehingga kehadiran teknologi jejaring sosial
tetap diarahkan untuk mampu membawa kemaslahatan bersama.
B. Ruang Publik Tradisional
Media
Tradisional
Dongeng adalah salah satu media tradisional yang pernah popular di Indonesia. Pada jaman dulu, kesempatan untuk mendengarkan dongeng tersebut selalu ada, karena merupakan bagian dari kebudayaan lisan di Indonesia. Bagi para ibu mendongeng merupakan cara berkomunikasi dengan putra-putri mereka, terutama untuk menanamkan nilai-nilai sosial, yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Di berbagai daerah di Indonesia, media komunikasi tradisional tampil dalam
berbagai bentuk dan sifat, sejalan dengan variasi kebudayaan yang ada di
daerah-daerah itu. Misalnya, ma’bulo sibatang (kumpul bersama dalam
sebuah pondok bambu) di Sulawesi Selatan (Abdul Muis, 1984) dan selapanan
(peringatan pada hari ke-35 kelahiran) di Jawa Tengah. Di samping itu, terdapat
juga sebuah instrumen tradisional seperti kentongan yang masih banyak digunakan
di Jawa. Instrumen ini dapat digunakan untuk mengomunikasikan pesan-pesan yang
mengandung makna yang berbeda, seperti adanya kematian, kecelakaan, kebakaran,
pencurian dan sebagainya, kepada seluruh warga masyarakat desa, jika ia
dibunyikan dengan irama-irama tertentu.
Fungsi
Media Tradisional
William Boscon (dalam Nurudin, 2004) mengemukakan fungsi-fungsi pokok folklor sebagai media tradisional adalah sebagai berikut:
1. a. Sebagai
sistem proyeksi
Folklor menjadi proyeksi angan-angan atau impian rakyat jelata, atau sebagai alat pemuasan impian (wish fulfilment) masyarakat yang termanifestasikan dalam bentuk stereotipe dongeng. Contohnya adalah cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, cerita ini hanya rekaan tentang angan-angan seorang gadis desa yang jujur, lugu, menerima apa adanya meskipun diperlakukan buruk oleh saudara dan ibu tirinya, namun pada akhirnya berhasil menikah dengan seorang raja, cerita ini mendidik masyarakat bahwa jika orang itu jujur, baik pada orang lain dan sabar akan mendapat imbalan yang layak.
2. b. Sebagai
penguat adat
Cerita
Nyi Roro Kidul di daerah Yogyakarta dapat menguatkan adat (bahkan kekuasaan)
raja Mataram. Seseorang harus dihormati karena mempunyai kekuatan luar biasa
yang ditunjukkan dari kemapuannya memperistri ”makhluk halus”. Rakyat
tidak boleh menentang raja, sebaliknya rasa hormat rakyat pada pemimpinnya
harus dipelihara. Cerita ini masih diyakini masyarakat, terlihat ketika
masyarakat terlibat upacara labuhan (sesaji kepada makhluk halus) di Pantai
Parang Kusumo.
3. c. Sebagai
alat pendidik
Contohnya adalah cerita Bawang
Merah dan Bawang Putih, cerita ini mendidik masyarakat bahwa jika orang itu
jujur, baik pada orang lain dan sabar akan mendapat imbalan yang layak.
4. d. Sebagai
alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma masyarakat dipatuhi
Cerita ”katak yang congkak” dapat dimaknai sebai alat pemaksa dan pengendalian sosial terhadap norma dan nilai masyarakat. Cerita ini menyindir kepada orang yang banyak bicara namun sedikit kerja.
Sifat-sifat umum media tradisional ini, antara lain mudah diterima, relevan
dengan budaya yang ada, menghibur, menggunakan bahasa lokal, memiliki unsur
legitimasi, fleksibel, memiliki kemampuan untuk mengulangi pesan yang
dibawanya, komunikasi dua arah, dan sebagainya. Disssanayake (dalam Jahi,1988)
menambahkan bahwa media tradisional menggunakan ungkapan-ungkapan dan
simbol-simbol yang mudah dipahami oleh rakyat, dan mencapai sebagaian dari
populasi yang berada di luar jangkauan pengaruh media massa, dan yang menuntut
partisipasi aktif dalam proses komunikasi.
Tidak ada komentar
Posting Komentar